Tampilkan postingan dengan label GoGreen. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label GoGreen. Tampilkan semua postingan

Tempat Paling Dingin Di Dunia!

Indonesia merupakan salah satu negara yang masuk dalam kawasan Asia, tepatnya masuk dalam wilayah Asia Tenggara. Dikutip dari Wikipedia, diambil dari data tahun 2004, Indonesia memiliki sekitar 17.504 pulau. Adapun sekitar 6.000 di antaranya tidak berpenghuni tetap, menyebar sekitar katulistiwa dan  memberikan cuaca tropis.

Saat ingin merasakan iklim lain tentu saja banyak diantara Anda mencari hiburan baru dengan melancong keluar negeri. Sebut saja Perancis, Italy, Hungaria, Amerika, Korea, Jepang, dan daerah lain yang memiliki iklim sub-tropis. Lantas apakah di negara tadi sudah termasuk yang paling dingin di dunia? Yuk kita ulas selengkapnya disini :


Vostok Station, Antartika
Tidak asing bukan dengan benua diselimuti es ini? Jawara tempat terdingin dengan suhu terendah mencapai 89 derajat celcius. Vostok dalam bahasa Rusia yaitu Timur. Hmm yang pasti lokasi ini sering dijadikan tempat penelitian milik Rusia. Dengan suhu super dingin ini, ada yang sanggup dan berani stay disini?

Oymyakon, Rusia
Rusia merupakan negara yang membentang luas disebelah timur Eropa dan utara Asia.  Wilayah Oymyakon dihuni oleh kurang lebih 900 orang dengan suhu minus 71 derajat celcius saat musim dingin tiba. Dan musim dingin di wilayah ini cukup lama yakni 9 bulan. Wow!

Bisa dibayangkan hidup tanpa matahari dalam 9 bulan?! Selain itu di Rusia tepatnya daerah Verkhoyansk juga memiliki suhu dingin ekstrim. Ada 1.300 orang yang tinggal di wilayah ini, dan sebagian besar bekerja sebagai pemburu atau menggunakan kereta salju untuk berkendara. Sebenarnya di wilayah ini terdapat banyak emas, tapi terlalu dingin untuk membuka tambang. Kabarnya suhu terendah di Verkhoyansk mencapai minus 69 derajat celcius.



North Ice Station, Greenland
Greenland dikenal sebagai wilayah paling dingin di belahan bumi bagian barat. Namun suhu disini terendah dan tercatat di Greenland ada di North Ice Station, sebuah daerah pusat penelitian milik negara Inggris dengan suhu minus 66 derajat celcius! Brrr!

Sumber

Bakar Sampah ???

Membakar sampah, baik kah?



Urusan kita dengan sampah tidak berhenti saat kita membuang sampah saja. Membuang sampah di tempatnya memang baik, tetapi masih ada hal-hal yang kita perlu perhatikan setelah membuang sampah.

Beberapa dari kita memilih untuk membakar sampah yang telah terkumpul. Apakah pilihan untuk membakar sampah merupakan pilihan yang baik? Ternyata membakar sampah malah menimbulkan masalah baru lagi, khususnya bagi kesehatan kita.

Saat membakar sampah dalam tumpukan, tidak terjadi proses pembakaran yang baik. Pembakaran yang baik adalah dengan membutuhkan Oksigen (O2) yang cukup. Berbeda saat membakar tumpukan sampah, mungkin bagian luar tumpukan cukup mendapatkan Oksigen sehingga menghasilkan CO2, tapi di dalam tumpukkan sampah akan kekurangan O2 sehingga yang dihasilkan adalah gas Karbon Monoksida (CO).

Lalu kenapa dengan gas Karbon Monoksida?
Gas Karbon Monoksida (CO) merupakan gas yang berbahaya, karena dapat membunuh kita secara massal. Bila kita menghirup gas CO, hemoglobin darah yang seharusnya mengangkat dan mengedarkan oksigen ke seluruh tubuh akan terganggu. Dengan begitu, tubuh akan mengalami kekurangan Oksigen, yang dapat berujung kematian.

Asap yang dihasilkan dari pembakaran sampah juga berbahaya, lho. Masalah juga muncul dari sampah organik, yang dapat mengakibatkan partikel-partikel yang tak terbakar akan berterbangan, atau menghasilkan reaksi yang menghasilkan hidrokarbon berbahaya. Hidrokarbon berbahaya yang dihasilkan asap pembakaran sampah, termasuk senyawa penyebab kanker yaitu benzopirena, nyatanya mencapai 350 kali lebih besar dari asap rokok. Semakin jauh, kita bisa terjangkit kanker paru-paru, infeksi paru-paru, asma, atau bronkitis.

Belum lagi dengan gas yang dihasilkan dari pembakaran sampah, yang juga dapat merusak atmosfer bumi. Gas tersebut adalah senyawa chlor, yang dihasilkan dari pembakaran plastik. Pembakaran bahan sintetis yang mengandung nitrogen, seperti nilon, busa poliuretan yang ada pada sofa atau karpet busa, juga membahayakan karena dapat menghasilkan gas HCN yang berbahaya.

Membuang sampah di tempatnya memang belum cukup. Proses dalam menghancurkan sampah nyatanya masih jauh lebih ribet lagi. Sehingga pada dasarnya, kita pun perlu mengurangi sampah, terutama sampah-sampah yang susah mengurai. Mengurangi konsumsi, memaksimalkan produk yang bisa digunakan berkali-kali daripada yang sekali pakai.

Manfaat Rokok, versi Penelitian


Berikut beberapa riset yang menguak manfaat rokok bagi kesehatan manusia. Saya bukan seorang dokter atau peneliti bidang kesehatan, jadi pembahasan ilmiah tentang isi warta ini bisa diperdebatkan oleh para pakar sendiri.

1. Merokok Mengurangi Resiko Parkinson

Banyak bukti yang menunjukkan bahwa merokok melawan penyakit Parkinson. Sebuah penelitian terbaru menambah kuat bukti sebelumnya yang melaporkan bahwa merokok dapat melindungi manusia dari penyakit Parkinson. Secara khusus, penelitian baru tersebut menunjukkan hubungan temporal antara kebiasaan merokok dan berkurangnya risiko penyakit Parkinson. Artinya, efek perlindungan terhadap Parkinson berkurang setelah perokok menghentikan kebiasaan merokoknya. [2]

Studi lain mengenai pengaruh positif merokok terhadap Parkinson Desease (PD) adalah sebuah penelitian terhadap 113 pasangan kembar laki-laki. Tim peneliti yang dipimpin oleh Dr Tanner terus melihat perbedaan yang signifikan ketika dosis dihitung sampai 10 atau 20 tahun sebelum diagnosis. Mereka menyimpulkan bahwa temuan ini menyangkal pernyataan bahwa orang yang merokok cenderung memiliki PD. [3] Masih banyak penelitian yang lainnya mengenai kebiasaan merokok yang berguna melawan Parkinson. [4]

2. Perokok lebih kuat dan cepat sembuh dari serangan jantung dan stroke

Penelitian besar menunjukkan manfaat lain merokok, yakni manfaat terhadap restenosis atau penyempitan pembuluh darah yang menyebabkan aliran darah menjadi terbatas, seperti pembuluh darah ke jantung (cardiovaskular disease) atau ke otak (stroke) Perokok memiliki kesempatan yang lebih baik untuk bertahan hidup dan penyembuhan yang lebih cepat. [5]

Penelitian lain menyebutkan krbon mnoksida dapat mengurangi serangan jantung dan stroke. Karbon monoksida merupakan produk sampingan dari asap tembakau. Sebuah laporan menunjukkan tingkat sangat rendah dari karbon monoksida dapat membantu para korban serangan jantung dan stroke. Karbon monoksida menghambat pembekuan darah, sehingga melarutkan gumpalan berbahaya di pembuluh arteri. Para peneliti memfokuskan pada kemiripan yang dekat antara karbon monoksida dengan oksida nitrat yang menjaga pembuluh darah tetap melebar dan mencegah penumpukan sel darah putih. Baru-baru ini oksida nitrat telah ditingkatkan statusnya dari polutan udara biasa menjadi penghubung fisiologis terpenting kedua secara internal. Oleh karena itu tidak akan mengherankan kalau karbon monoksida secara paradoks dapat menyelamatkan paru-paru dari cedera akibat penyumbatan pembuluh darah ke jantung (cardiovascular blockage).[6]

3. Merokok mengurangi resiko penyakit susut gusi yang parah

Dulu disebutkan bahwa tembakau adalah akar semua permasalahan penyakit gigi dan mulut. Padahal sebuah studi menunjukkan bahwa sebenarnya perokok berisiko lebih rendah terhadap penyakit gusi. [7]

4. Merokok mencegah asma dan penyakit karena alergi lainnya

Sebuah studi dari dua generasi penduduk Swedia menunjukkan dalam analisis multi variasi, beberapa anak dari para ibu yang merokok sedikitnya 15 batang sehari cenderung memiliki peluang yang lebih rendah untuk menderita alergi rhino-conjunctivitis, asma alergi, eksim atopik dan alergi makanan, dibandingkan dengan anak-anak dari para ibu yang tidak pernah merokok. Anak-anak dari ayah yang merokok sedikitnya 15 batang rokok sehari memiliki kecenderungan yang sama. [8]

5. Nikotin membunuh kuman penyebab tuberculosis (TBC)

Suatu hari Nikotin mungkin menjadi alternatif yang mengejutkan sebagai obat TBC yang susah diobati, kata seorang peneliti dari University of Central Florida (UCF). Senyawa ini menghentikan pertumbuhan kuman TBC dalam sebuah tes laboratorium, bahkan bila digunakan dalam jumlah kecil saja, kata Saleh Naser, seorang profesor mikrobiologi dan biologi molekuler di UCF. Kebanyakan ilmuwan setuju bahwa nikotin adalah zat yang menyebabkan orang menjadi kecanduan rokok. [9]

6. Merokok mencegah kanker kulit yang langka

Seorang peneliti pada National Cancer Institute berpendapat bahwa merokok dapat mencegah pengembangan kanker kulit yang menimpa terutama orang tua di Mediterania wilayah Italia Selatan, Yunani dan Israel. Bukan berarti merokok disarankan untuk populasi itu, kata Dr James Goedert, namun yang penting adalah merokok tembakau dapat membantu untuk mencegah kanker yang langka bentuk. Dan ini adalah sebuah pengakuan dari peneliti di National Cancer Institute bahwa ada manfaat dari rokok. [10]

7. Merokok mengurangi resiko terkena kanker payudara

Sebuah penelitian baru dalam jurnal dari National Cancer Institute (20 Mei 1998) melaporkan bahwa pembawa mutasi gen tertentu (yang cenderung sebagai pembawa kanker payudara), yang merokok selama lebih dari 4 pak tahun (yaitu, jumlah pak per hari dikalikan dengan jumlah lamanya tahun merokok) menurut statistik ternyata mengalami penurunan signifikan sebesar 54 persen dalam insiden kanker payudara bila dibandingkan dengan pembawa yang tidak pernah merokok. Salah satu kekuatan dari penelitian ini adalah bahwa penurunan insiden melebihi ambang 50 persen. [11]



8. Nitrat Oksida dalam nikotin mengurangi radang usus besar

Nikotin mengurangi aktivitas otot melingkar, terutama melalui pelepasan nitrat oksida, dalam kasus ulcerative colitis (UC) atau radang usus. Temuan ini dapat menjelaskan beberapa terapi manfaat dari nikotin (dan merokok) terhadap UC dan dapat menjelaskan mengenai disfungsi penggerak kolon pada penyakit aktif. [12]

9. Efek transdermal nikotin pada kinerja kognitif (berpikir) penderita Down Syndrome

Sebuah penelitian mengenai pengaruh rangsangan nikotin-agonis dengan 5 mg jaringan kulit implan, dibandingkan dengan plasebo (obat kontrol), pada kinerja kognitif pada lima orang dewasa dengan gangguan. Perbaikan kemungkinan berhubungan dengan perhatian dan pengolahan informasi yang terlihat pada pasien Down Syndrom dibandingkan dengan kontrol kesehatannya.

sungaimanau

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH (PLTSa)

Pola Pengelolaan Sampah sampai saat ini masih menganut paradigma lama dimana sampah masih dianggap sebagai sesuatu yang tak berguna, tak bernilai ekonomis dan sangat menjijikkan. Masyarakat sebagai sumber sampah tak pernah menyadari bahwa tanggung jawab pengelolaan sampah yang dihasilkan menjadi tanggung jawab dirinya sendiri.

salah satu solusi dalam mengolah sampah yaitu dimanfaatkan menjadi sumber energi listrik (Waste to Energy) atau yang lebih dikenal dengan PLTSa (Pembangkit Listrik Tenaga Sampah) selain cara daur ulang yang lain

Konsep Pengolahan Sampah menjadi Energi (Waste to Energy) atau PLTSa (Pembangkit Listrik Tenaga sampah) secara ringkas adalah sebagai berikut :


1. Pemilahan sampah

Sampah dipilah untuk memanfaatkan sampah yang masih dapat di daur ulang. Sisa sampah dimasukkan kedalam tungku Insinerator untuk dibakar.

2. Pembakaran sampah

Pembakaran sampah menggunakan teknologi pembakaran yang memungkinkan berjalan efektif dan aman bagi lingkungan. Suhu pembakaran dipertahankan dalam derajat pembakaran yang tinggi (di atas 1300°C). Asap yang keluar dari pembakaran juga dikendalikan untuk dapat sesuai dengan standar baku mutu emisi gas buang.

3. Pemanfaatan panas

Hasil pembakaran sampah akan menghasilkan panas yang dapat dimanfaatkan untuk memanaskan boiler. Uap panas yang dihasilkan digunakan untuk memutar turbin dan selanjutnya menggerakkan generator listrik.

4. Pemanfaatan abu sisa pembakaran

Sisa dari proses pembakaran sampah adalah abu. Volume dan berat abu yang dihasilkan diperkirakan hanya kurang 5% dari berat atau volume sampah semula sebelum di bakar. Abu ini akan dimanfaatkan untuk menjadi bahan baku batako atau bahan bangunan lainnya setelah diproses dan memiliki kualitas sesuai dengan bahan bangunan.

Dikota-kota besar di Eropa, Amerika, Jepang, Belanda dll waste energy sudah dilakukan sejak berpuluh tahun lalu, dan hasilnya diakui lebih dapat menyelesaikan masalah sampah. Pencemaran dari PLTSa yang selama ini dikhawatirkan oleh masyarakat sebenarnya sudah dapat diantisipasi oleh negara yang telah menggunakan PLTSa terlebih dahulu. Pencemaran- pencemaran tersebut seperti :

• Dioxin

Dioxin adalah senyawa organik berbahaya yang merupakan hasil sampingan dari sintesa kimia pada proses pembakaran zat organik yang bercampur dengan bahan yang mengandung unsur halogen pada temperatur tinggi, misalnya plastic pada sampah, dapat menghasilkan dioksin pada temperatur yang relatif rendah seperti pembakaran di tempat pembuangan akhir sampah (TPA) .

PLTSa sudah dilengkapi dengan sistem pengolahan emisi dan efluen, sehingga polutan yang dikeluarkan berada di bawah baku mutu yang berlaku di Indonesia, dan tidak mencemari lingkungan.

• Residu

Hasil dari pembakaran sampah yang lainnya adalah berupa residu atau abu bawah (bottom ash) dan abu terbang (fly ash) yang termasuk limbah B3, namun hasil-hasil studi dan pengujian untuk pemanfaatan abu PLTSa sudah banyak dilakukan di negara-negara lain. Di Singapura saat ini digunakan untuk membuat pulau, dan pada tahun 2029 Singapura akan memiliki sebuah pulau baru seluas 350 Ha .

PLTSa akan memanfaatkan abu tersebut sebagai bahan baku batako atau bahan bangunan.

• Bau

Setiap sampah yang belum mengalami proses akan mengeluarkan bau yang tidak sedap baik saat pengangkutan maupun penumpukkan dan akan mengganggu kenyamanan bagi masyarakat umum.

Untuk menghindari bau yang berasal dari sampah akan dibuat jalan tersendiri ke lokasi PLTSa melalui jalan Tol, di sekeliling bagunan PLTSa akan ditanami pohon sehingga membentuk greenbelt (sabuk hijau) seluas 7 hektar.




Pengelolaan sampah di Osaka, salah satunya, ada di istana bermain warna-warni yang bernama Maishima Incineration Plant atau Pabrik Pembakaran Sampah Maishima. Bentuk gedungnya unik tak memperlihatkan sama sekali bahwa itu adalah tempat pengolahan sampah. Benar-benar kalau dari luar tampak seperti istana bermain.

Pabrik ini dibangun pada 1997 dan selesai tahun 2001. Di dalamnya ada mesin pembakaran sampah raksasa. Bagaimana tidak raksasa, sekali bakar mesin incenerator ini mampu membakar 450 ton sampah sekaligus. Dalam sehari, mesin ini membakar sampah dua kali.

Sampah-sampah dari seluruh kota Osaka masuk ke pabrik ini menggunakan truk sampah khusus. Sejak di pintu gerbang, sampah telah dipisahkan mana yang bisa dibakar dan mana yang tidak bisa dibakar. Truk kemudian masuk ke lokasi penampungan sampah.
Ruang itu sangat bersih. Hampir tak terlihat sama sekali sampah berserakan dari proses penurunan sampah dari truk. Kalau dilihat dari bagian atas pabrik, tampak truk-truk itu seperti mobil mainan di tengah pabrik yang sangat besar.

Sampah ditampung dalam penampungan raksasa. Sebuah capit raksasa siap memindahkan sampah tersebut ke mesin incenerator. Sekali capit, sampah dari enam truk sampah terangkut masuk ke incenerator.

Di incenerator, sampah dibakar dengan suhu mencapai 950 derajat celcius. Pembakaran itu menghasilkan panas. Panas tersebut digunakan untuk berbagai kepentingan di antaranya untuk pemanas ruangan, pemanas air, dan pembangkit listrik bagi pabrik itu sendiri.

Selain itu, pabrik ini mampu menjual listrik hasil pengolahan sampah tersebut ke perusahaan listrik di kota itu. Tahun lalu, Kansa Elektric Power—perusahaan listrik di Osaka—menerima 50 juta kilowatt listrik dari pabrik pembakaran sampah Maishima.
Pabrik yang ada hanyalah salah satu dari 10 pabrik serupa yang ada di Osaka. Tak mengherankan jika masalah sampah di sana sudah teratasi. Incenerator itu semuanya berteknologi tinggi sehingga biayanya pun sangat besar. Namun dibandingkan dengan hasilnya, tentu sepadan.

Pengalaman Osaka ini bisa menjadi pelajaran bagi pengelolaan sampah di Indonesia, khususnya Jakarta yang tiap hari selalu mengalami masalah sampah. Tinggal sekarang kemauannya saja.





 



 





sumber

Ursus Maritimus, Raksasa Es yang Terancam Punah

Ursus Maritimus alias beruang kutub hidup di atas lautan es, tapi jumlah mereka ini menurun dengan sangat cepat. Apa yang terjadi ya?
Beruang kutub tinggal di dekat pantai sekitar lautan Arktik, Kutub Utara, beruang kutub memiliki bentuk dan fungsi tubuh yang siap untuk melawan dingin, di antaranya :

• bulu yang lebat : tiap helai panjangnya sekitar 10-15cm gunanya tentu saja melindungi badan dan menjaga kehangatan tubuh.

• bulu yang menangkap panas matahari : ada rongga kecil dalam bulu-bulu yang transparan seperti kaca ini, semacam tabung mini yang menghantarkan panas matahari ke kulit beruang.

• ekor yang pendek : ekor sepanjang 7-12 cm ini menjuntai lurus ke belakang kaki beruang.

• kaki menyerupai sepatu salju : panjang tiap kaki sekitar 30cm dengan lebar 25 cm. saat mereka berjalan, pijakannya menjaga agar mereka tidak tenggelam dalam salju dan es. semacam sepatu salju. di dalam air, ke empat kaki ini berfungsi sebagai pengayuh saat berenang.

• tapak kaki antislip : bulu yang menjuntai di telapak kaki beruang dapat menjaga agar mereka tidak terpeleset dan tergelincir.

• penyimpan lemak : lapisan lemak setebal 10cm menyelimuti tubuh beruang sehingga otot-otot mereka terlindungi dari udara dingin. bagian paling tebal berada pada punggung yang sangat membantu ketika mereka mengapung dan berenang.

• hidung yang hebat : beruang kutub dapat mengendus anjing laut yang tersembunyi di balik salju atau es. ketika menyelam mereka dapat menutup lubang hidung dan menahan napas selama lebih dari satu menit.

• kuping yang kecil : telinga beruang hanya mencuat sedikit ke atas kepala agar panas tubuh tidak keluar melalui lubang-lubangnya.

• leher yang panjang :beruang kutub memiliki leher yang panjang dengan ujung kepala yang kecil. bentuk yang sangat cocok untuk menembus air selama mereka berenang.

• cakar yang tajam : cakar beruang kutub memang pendek namun tajam. mereka bisa menggali es atau mencengkeram kulit anjing laut untuk menarik mangsa tersebut keluar dari air.

• bagian depan cakar yang besar : masing-masing tapak beruang diperkirakan seberat 1kg. yang biasa digunakan untuk menaklukan anjing laut.

Meski terlihat menggemaskan, sebenarny beruang kutub adalah pemangsa yang cukup ganas. Mangsa favorit beruang kutub adalah anjing laut. cara terbaik beruang kutub dalam memangsa anjing laut adalah dengan mengejutkan anjing laut ketika mereka ke permukaan untuk menarik nafas melalui lubang di tengah es.

Beruang kutub akan mencengkeram anjing laut dengan cakar-cakarnya kemudian membuatnya pingsan dan dagingnya dimakan sebelum mendingin
Laut es yang merupakan ladang berburu sangat penting untuk kelangsungan hidup beruang kutub. Setiap musim panas, es-es ini akan mencair. Jika beruang kutub tidak mendapatkan anjing laut dan hanya makan burung beserta telurnya atau bangkai dan tulang belulang binatang yang terdampar atau bahkan mengkonsumsi rumput laut! maka ini merupakan periode "puasa" bagi mereka sehingga berat badan mereka turun 10-20kg setiap minggu

Kondisi laut saat ini, luas lautan es telah menyusut selama 30 tahun. musim panas berlangsung lebih lama dari sebelumnya. bahkan ketika membeku sekalipun , laut es tidak membentang seluas biasanya. ladang berburu beruang kutub pun semakin menyempit. Para ilmuwan memperkirakan bahwa es di Kutub Utara dapat benar-benar menghilang pada 2080 nanti

Pada tahun 2006, populasi beruang kutub hanya tinggal 25.000 ekor, sehingga mereka masuk kategori binatang yang terancam punah. Ada cara yang bisa kita lakukan untuk melindungi beruang kutub, yaitu dengan menghemat energi.

Beruang kutub menggunakan gumpalan es sebagai landasan untuk berburu anjing laut. dengan adanya pemanasan global, lautan es di kutub utara mencair lebih cepat dan berdampak pada perburuan beruang kutub.

Apabila terus menerus gagal memeperoleh makanan, mereka terancam mati kelaparan karena tidak memiliki energi untuk berburu lagi.

cara untuk menyelamatkan mereka adalah :

• hemat bahan bakar! - jutaan mobil di dunia mengeluarkan asap knalpot yang menyebabkan udara di bumi makin panas.

• minimalkan polusi! - setiap tahun jumlah pabrik terus bertambah, padahl mereka turut andil dalam menyebabkan polusi udara.

• STOP pencemaran! - lingkungan tempat beruang kutub tinggal semakin tercemar karena banyaknya industri kapal dan minyak.

• STOP berburu! - beruang berbulu putih ini juga banyak diburu oleh pemburu liar untuk diambil bulunya.

we are running out of time

kaskus

Top 10 Surprising Results of Global Warming

1. Forest Fire Frenzy
While it's melting glaciers and creating more intense hurricanes, global warming also seems to be heating up forest fires in the United States. In western states over the past few decades, more wildfires have blazed across the countryside, burning more area for longer periods of time. Scientists have correlated the rampant blazes with warmer temperatures and earlier snowmelt. When spring arrives early and triggers an earlier snowmelt, forest areas become drier and stay so for longer, increasing the chance that they might ignite.

2. Ruined Ruins
All over the globe, temples, ancient settlements and other artifacts stand as monuments to civilizations past, which until now have withstood the tests of time. But the immediate effects of global warming may finally do them in. Rising seas and more extreme weather have the potential to damage irreplaceable sites. Floods attributed to global warming have already damaged a 600-year-old site, Sukhothai, which was once the capital of a Thai kingdom.

3. Rebounding Mountains
Though the average hiker wouldn't notice, the Alps and other mountain ranges have experienced a gradual growth spurt over the past century or so thanks to the melting of the glaciers atop them. For thousands of years, the weight of these glaciers has pushed against the Earth's surface, causing it to depress. As the glaciers melt, this weight is lifting, and the surface slowly is springing back. Because global warming speeds up the melting of these glaciers, the mountains are rebounding faster.

4. Speedier Satellites
A primary cause of a warmer planet's carbon dioxide emissions is having effects that reach into space with a bizarre twist. Air in the atmosphere's outermost layer is very thin, but air molecules still create drag that slows down satellites, requiring engineers to periodically boost them back into their proper orbits. But the amount of carbon dioxide up there is increasing. And while carbon dioxide molecules in the lower atmosphere release energy as heat when they collide, thereby warming the air, the sparser molecules in the upper atmosphere collide less frequently and tend to radiate their energy away, cooling the air around them. With more carbon dioxide up there, more cooling occurs, causing the air to settle. So the atmosphere is less dense and creates less drag.

5. Survival of the Fittest
As global warming brings an earlier start to spring, the early bird might not just get the worm. It might also get its genes passed on to the next generation. Because plants bloom earlier in the year, animals that wait until their usual time to migrate might miss out on all the food. Those who can reset their internal clocks and set out earlier stand a better chance at having offspring that survive and thus pass on their genetic information, thereby ultimately changing the genetic profile of their entire population.

6. The Big Thaw
Not only is the planet's rising temperature melting massive glaciers, but it also seems to be thawing out the layer of permanently frozen soil below the ground's surface. This thawing causes the ground to shrink and occurs unevenly, so it could lead to sinkholes and damage to structures such as railroad tracks, highways and houses. The destabilizing effects of melting permafrost at high altitudes, for example on mountains, could even cause rockslides and mudslides. Recent discoveries reveal the possibility of long-dormant diseases like smallpox could re-emerge as the ancient dead, their corpses thawing along with the tundra, get discovered by modern man.

7. Pulling the Plug
A whopping 125 lakes in the Arctic have disappeared in the past few decades, backing up the idea that global warming is working fiendishly fast nearest Earth's poles. Research into the whereabouts of the missing water points to the probability that permafrost underneath the lakes thawed out. When this normally permanently-frozen ground thaws, the water in the lakes can seep through the soil, draining the lake, one researcher likened it to pulling the plug out of the bathtub. When the lakes disappear, the ecosystems they support also lose their home.

8. Arctic in Bloom
While melting ice in the Arctic might cause problems for plants and animals at lower latitudes, it's creating a downright sunny situation for Arctic biota. Arctic plants usually remain trapped in ice for most of the year. Nowadays, when the ice melts earlier in the spring, the plants seem to be eager to start growing. Research has found higher levels a certain type of the pigment chlorophyll (telltale sign of photosynthesis) in modern soils than in ancient soils, showing a biological boom in the Arctic in recent decades. [Arctic Phytoplankton Blooms Earlier]

9. Heading for the Hills
Starting in the early 1900s, we've all had to look to slightly higher ground to spot our favorite chipmunks, mice and squirrels. Researchers have found that many of these animals have moved to greater elevations, possibly due to changes in their habitat caused by global warming. Similar changes to habitats are also threatening Arctic species like polar bears, as the sea ice they dwell on gradually melts away.

10. Aggravated Allergies
Have those sneeze attacks and itchy eyes that plague you every spring worsened in recent years? If so, global warming may be partly to blame. Over the past few decades, more and more Americans have started suffering from seasonal allergies and asthma. Though lifestyle changes and pollution ultimately leave people more vulnerable to the airborne allergens they breathe in, research has shown that the higher carbon dioxide levels and warmer temperatures associated with global warming are also playing a role by prodding plants to bloom earlier and produce more pollen. With more allergens produced earlier, allergy season can last longer. Get those tissues ready.

Manfaat Hutan Mangrove

APA ITU MANGROVE

Hutan mangrove merupakan suatu tipe hutan yang tumbuh di daerah pasang surut, terutama di pantai yang terlindung, laguna dan muara sungai yang tergenang pada saat pasang dan bebas dari genangan pada saat surut yang komunitas tumbuhannya bertoleransi terhadap garam (Kusuma et al, 2003).

Menurut FAO, Hutan Mangrove adalah Komunitas tumbuhan yang tumbuh di daerah pasang surut.
Kata mangrove merupakan kombinasi antara bahasa Portugis ”Mangue” dan bahasa Inggris ”grove”
(Macnae, 1968). Dalam Bahasa Inggris kata mangrove digunakan baik untuk komunitas tumbuhan yang tumbuh di daerah jangkauan pasang surut maupun untuk individu-individu jenis tumbuhan yang menyusun komunitas tersebut. Hutan mangrove dikenal juga dengan istilah tidal forest, coastal woodland, vloedbosschen dan hutan payau (bahasa Indonesia).

Selain itu, hutan mangrove oleh masyarakat Indonesia dan negara Asia Tenggara lainnya yang berbahasa Melayu sering disebut dengan hutan bakau. Penggunaan istilah hutan bakau untuk hutan mangrove sebenarnya kurang tepat dan rancu, karena bakau hanyalah nama lokal dari marga Rhizophora, sementara hutan mangrove disusun dan ditumbuhi oleh banyak marga dan jenis tumbuhan lainnya. Oleh karena itu, penyebutan hutan mangrove dengan hutan bakau sebaiknya dihindari (Kusmana et al, 2003).

Tumbuhan mangrove bersifat unik karena merupakan gabungan dari ciri-ciri tumbuhan yang hidup
di darat dan di laut. Umumnya mangrove mempunyai sistem perakaran yang menonjol yang disebut akar nafas (pneumatofor). Sistem perakaran ini merupakan suatu cara adaptasi terhadap keadaan tanah yang miskin oksigen atau bahkan anaerob Mangrove tersebar di seluruh lautan tropik dan
subtropik, tumbuh hanya pada pantai yang terlindung dari gerakan gelombang; bila keadaan pantai
sebaliknya, benih tidak mampu tumbuh dengan sempurna dan menancapkan akarnya.

Mangrove tumbuh dan berkembang pada pantai-pantai tepat di sepanjang sisi pulau-pulau yang terlindung dari angin, atau serangkaian pulau atau pada pulau di belakang terumbu karang di pantai yang terlindung (Nybakken, 1998).



JENIS-JENIS APA SAJA YANG TUMBUH PADA HUTAN MANGROVE ?.

Indonesia memiliki sebanyak tidak kurang dari 89 jenis pohon mangrove, atau paling tidak menurut FAO terdapat sebanyak 37 jenis. Dari berbagai jenis mangrove tersebut, yang hidup di daerah pasang surut, tahan air garam dan berbuah vivipar terdapat sekitar 12 famili.
Dari sekian banyak jenis mangrove di Indonesia, jenis mangrove yang banyak ditemukan antara lain adalah jenis api-api (Avicennia sp.), bakau (Rhizophora sp.), tancang (Bruguiera sp.), dan bogem atau pedada (Sonneratia sp.) merupakan tumbuhan mangrove utama yang banyak dijumpai. Jenis-jenis mangrove tersebut adalah kelompok mangrove yang menangkap, menahan endapan dan menstabilkan tanah habitatnya. Jenis api-api (Avicennia sp.) atau di dunia dikenal
sebagai black mangrove mungkin merupakan jenis terbaik dalam proses menstabilkan tanah habitatnya karena penyebaran benihnya mudah, toleransi terhadap temperartur tinggi, cepat menumbuhkan akar pernafasan (akar pasak) dan sistem perakaran di bawahnya mampu menahan endapan dengan baik. Mangrove besar, mangrove merah atau Red
mangrove (Rhizophora sp.) merupakan jenis kedua terbaik. Jenis-jenis tersebut dapat mengurangi dampak kerusakan terhadap arus, gelombang besar dan angin

APA MANFAAT EKOSISTEM HUTAN MANGROVE ?

Hutan Mangrove memberikan perlindungan kepada berbagai organisme baik hewan darat maupun hewan air untuk bermukim dan berkembang biak. Hutan Mangorove dipenuhi pula oleh kehidupan lain seperti mamalia, amfibi, reptil, burung, kepiting, ikan, primata, serangga dan sebagainya. Selain menyediakan keanekaragaman hayati (biodiversity), ekosistem Mangorove juga sebagai plasma nutfah (geneticpool) dan menunjang keseluruhan sistem kehidupan di sekitarnya.

Habitat Mangorove merupakan tempat mencari makan (feeding ground) bagi hewan-hewan
tersebut dan sebagai tempat mengasuh dan membesarkan (nursery ground), tempat bertelur dan
memijah (spawning ground) dan tempat berlindung yang aman bagi berbagai ikan-ikan kecil serta kerang (shellfish) dari predator.
Beberapa manfaat hutan mangrove dapat dikelompokan sebagai berikut:

A. Manfaat / Fungsi Fisik :
1. Menjaga agar garis pantai tetap stabil
2. Melindungi pantai dan sungai dari bahaya erosi dan abrasi.
3. Menahan badai/angin kencang dari laut
4. Menahan hasil proses penimbunan lumpur, sehingga memungkinkan terbentuknya lahan baru.
5. Menjadi wilayah penyangga, serta berfungsi menyaring air laut menjadi air daratan yang tawar
6. Mengolah limbah beracun, penghasil O2 dan penyerap CO2.

B. Manfaat / Fungsi Biologik :
1. Menghasilkan bahan pelapukan yang menjadi sumber makanan penting bagi plankton, sehingga penting pula bagi keberlanjutan rantai makanan.
2. Tempat memijah dan berkembang biaknya ikan-ikan, kerang, kepiting dan udang.
3. Tempat berlindung, bersarang dan berkembang.biak dari burung dan satwa lain.
4. Sumber plasma nutfah & sumber genetik.
5. Merupakan habitat alami bagi berbagai jenis biota.

C. Manfaat / Fungsi Ekonomik :
1. Penghasil kayu : bakar, arang, bahan bangunan.
2. Penghasil bahan baku industri : pulp, tanin, kertas, tekstil, makanan, obat-obatan, kosmetik, dll
3. Penghasil bibit ikan, nener, kerang, kepiting, bandeng melalui pola tambak silvofishery
4. Tempat wisata, penelitian & pendidikan

APA PENYEBAB KERUSAKAN HUTAN MANGROVE ?

Kerusakan mangrove dapat terjadi secara alamiah atau melalui tekanan masyarakat. Secara alami umumnya kadar kerusakannya jauh lebih kecil daripada kerusakan akibat
ulah manusia. Kerusakan alamiah timbul karena peristiwa alam seperti adanya topan badai atau iklim kering berkepanjangan yang menyebabkan akumulasi garam dalam tanaman. Banyak kegiatan manusia di sekitar kawasan hutan mangrove yang berakibat perubahan karakteristik fisik dan kimiawi di sekitar habitat mangrove sehingga tempat tersebut tidak lagi sesuai bagi kehidupan dan perkembangan flora dan fauna di hutan mangrove.

Tekanan tersebut termasuk kegiatan reklamasi, pemanfaatan kayu mangrove untuk berbagai keperluan, misalnya untuk pembuatan arang dan sebagai bahan bangunan, pembuatan tambak udang, reklamasi dan tempat pembuangan sampah di kawasan mangrove yang menyebabkan polusi dan kamatian pohon. Lokasi habitat mangrove yang terletak di kawasan garis pantai, laguna, muara sungai menempatkan posisi habitat tersebut rentan terhadap akibat negatif reklamasi pantai

APA YANG TERJADI JIKA HUTAN MANGROVE RUSAK ?

Akibat yang terjadi bila hutan mangrove rusak adalah :
• abrasi pantai
• mengakibatkan intrusi air laut lebih jauh ke daratan
• potensi perikanan menurun
• kehidupan satwa liar terganggu
• sumber mata pencaharian penduduk setempat berkurang



gogreen

Surprising Results of Global Warming

Forest Fire Frenzy

While it's melting glaciers and creating more intense hurricanes, global warming also seems to be heating up forest fires in the United States. In western states over the past few decades, more wildfires have blazed across the countryside, burning more area for longer periods of time. Scientists have correlated the rampant blazes with warmer temperatures and earlier snowmelt. When spring arrives early and triggers an earlier snowmelt, forest areas become drier and stay so for longer, increasing the chance that they might ignite.

Ruined Ruins

All over the globe, temples, ancient settlements and other artifacts stand as monuments to civilizations past, which until now have withstood the tests of time. But the immediate effects of global warming may finally do them in. Rising seas and more extreme weather have the potential to damage irreplaceable sites. Floods attributed to global warming have already damaged a 600-year-old site, Sukhothai, which was once the capital of a Thai kingdom.



Rebounding Mountains

Though the average hiker wouldn't notice, the Alps and other mountain ranges have experienced a gradual growth spurt over the past century or so thanks to the melting of the glaciers atop them. For thousands of years, the weight of these glaciers has pushed against the Earth's surface, causing it to depress. As the glaciers melt, this weight is lifting, and the surface slowly is springing back. Because global warming speeds up the melting of these glaciers, the mountains are rebounding faster.


Speedier Satellites

A primary cause of a warmer planet's carbon dioxide emissions is having effects that reach into space with a bizarre twist. Air in the atmosphere's outermost layer is very thin, but air molecules still create drag that slows down satellites, requiring engineers to periodically boost them back into their proper orbits. But the amount of carbon dioxide up there is increasing. And while carbon dioxide molecules in the lower atmosphere release energy as heat when they collide, thereby warming the air, the sparser molecules in the upper atmosphere collide less frequently and tend to radiate their energy away, cooling the air around them. With more carbon dioxide up there, more cooling occurs, causing the air to settle. So the atmosphere is less dense and creates less drag.

Survival of the Fittest

As global warming brings an earlier start to spring, the early bird might not just get the worm. It might also get its genes passed on to the next generation. Because plants bloom earlier in the year, animals that wait until their usual time to migrate might miss out on all the food. Those who can reset their internal clocks and set out earlier stand a better chance at having offspring that survive and thus pass on their genetic information, thereby ultimately changing the genetic profile of their entire population.

The Big Thaw

Not only is the planet's rising temperature melting massive glaciers, but it also seems to be thawing out the layer of permanently frozen soil below the ground's surface. This thawing causes the ground to shrink and occurs unevenly, so it could lead to sinkholes and damage to structures such as railroad tracks, highways and houses. The destabilizing effects of melting permafrost at high altitudes, for example on mountains, could even cause rockslides and mudslides. Recent discoveries reveal the possibility of long-dormant diseases like smallpox could re-emerge as the ancient dead, their corpses thawing along with the tundra, get discovered by modern man.

Pulling the Plug

A whopping 125 lakes in the Arctic have disappeared in the past few decades, backing up the idea that global warming is working fiendishly fast nearest Earth's poles. Research into the whereabouts of the missing water points to the probability that permafrost underneath the lakes thawed out. When this normally permanently-frozen ground thaws, the water in the lakes can seep through the soil, draining the lake, one researcher likened it to pulling the plug out of the bathtub. When the lakes disappear, the ecosystems they support also lose their home.

Arctic in Bloom

While melting ice in the Arctic might cause problems for plants and animals at lower latitudes, it's creating a downright sunny situation for Arctic biota. Arctic plants usually remain trapped in ice for most of the year. Nowadays, when the ice melts earlier in the spring, the plants seem to be eager to start growing. Research has found higher levels a certain type of the pigment chlorophyll (telltale sign of photosynthesis) in modern soils than in ancient soils, showing a biological boom in the Arctic in recent decades

Heading for the Hills

Starting in the early 1900s, we've all had to look to slightly higher ground to spot our favorite chipmunks, mice and squirrels. Researchers have found that many of these animals have moved to greater elevations, possibly due to changes in their habitat caused by global warming. Similar changes to habitats are also threatening Arctic species like polar bears, as the sea ice they dwell on gradually melts away.



Aggravated Allergies

Have those sneeze attacks and itchy eyes that plague you every spring worsened in recent years? If so, global warming may be partly to blame. Over the past few decades, more and more Americans have started suffering from seasonal allergies and asthma. Though lifestyle changes and pollution ultimately leave people more vulnerable to the airborne allergens they breathe in, research has shown that the higher carbon dioxide levels and warmer temperatures associated with global warming are also playing a role by prodding plants to bloom earlier and produce more pollen. With more allergens produced earlier, allergy season can last longer. Get those tissues ready.

LIvescience

PEMIKIRAN-ULANG TENTANG NUKLIR

PENDIRI GREEN PEACE PUN PRO NUKLIR


Patrick Moore, seorang pakar lingkungan dan pendiri Greenpeace yang bersemangat, mengemukakan dukungannya terhadap energi nuklir. “Pandangan saya telah berubah, karena energi nuklir adalah satu-satunya sumber listrik yang tidak memancarkan gas rumah-kaca, yang dapat secara efektif mengganti bahan-bakar fosil, guna memenuhi permintaan energi yang semakin bertambah” - Patrick Moore

Di awal tahun 1970-an sewaktu saya membantu mendirikan Greenpeace, saya percaya bahwa energi nuklir itu sinonim dengan bencana nuklir, sama seperti pendapat rekan-rekan seperjuangan saya. Keyakinan itu telah mengilhami perjalanan Greenpeace yang pertama ke pantai karang Barat-Laut untuk memprotes percobaan bom hidrogen di Kepulauan Aleutian di Alaska.

Tiga puluh tahun berlalu, pandangan saya telah berubah, dan seluruh gerakan pro-lingkungan kiranya perlu memutakhirkan pendapatnya juga, karena energi nuklir adalah satu-satunya sumber listrik yang tidak memancarkan gas rumah-kaca, yang dapat secara efektif mengganti bahan-bakar fosil guna memenuhi permintaan energi yang semakin bertambah.

Marilah kita kaji pemancar gas rumah-kaca yang terbesar di dunia: batubara. Biarpun batubara memberikan listrik murah, tetapi pembakaran batubara di seluruh dunia menciptakan sekitar 9 milyar ton CO2 per tahun, yang sebagian besar akibat dari pembangkitan listrik. Pembangkitan listrik yang membakar batubara menyebabkan hujan asam, kabut-asap (smog), penyakit pernafasan, kontaminasi merkuri, dan memberi kontribusi utama pada gas rumah-kaca dunia.
Di lain pihak, sebanyak 441 PLTN yang kini beroperasi di seluruh dunia telah menghindari emisi hampir 3 milyar ton CO2 per tahun ─ yang setara dengan gas-buang berasal lebih dari 428 juta mobil.

Untuk mengurangi ketergantungan kita terhadap batubara, kita harus bekerja bersama mengembangkan infrastruktur energi nuklir secara global. Energi nuklir itu bersih, sepadan dalam hal ongkos (cost effective), dapat diandalkan dan aman.

Di tahun 1979 Jane Fonda dan Jack Lemmon keduanya telah memenangkan piala Oscar untuk perannya dalam "The China Syndrome". Di dalam film, sebuah reaktor nuklir mengalami pelelehan yang mengancam kehidupan seluruh kota.
Duapuluh hari setelah film dahsyat itu diputar-perdanakan, sebuah pelelehan reaktor di Three Mile Island benar-benar telah menggetarkan seluruh negara.

Pada waktu itu tidak seorangpun memerhatikan bahwa Three Mile Island itu sebenarnya adalah sebuah kisah sukses. Struktur beton yang membentuk sungkup reaktor (kontenmen, containment) telah menunaikan tugasnya dengan baik: bangunan sungkup telah menghalangi keluarnya radiasi ke lingkungan. Biarpun reaktor menjadi tidak berfungsi, tetapi tidak ada korban luka atau meninggal di antara publik maupun pekerja nuklir.

Di Amerika Serikat hari ini terdapat 103 reaktor nuklir yang diam-diam menyajikan 20% kebutuhan listriknya. Sekitar 80% penduduk di sekitar PLTN sampai jarak 10 Km itu menyetujui kehadiran PLTN-mereka. Tingkat persetujuan yang tinggi itu tentulah tidak termasuk pekerja PLTN yang memiliki kepentingan dalam mendukung pekerjaan mereka yang aman, dan bergaji tinggi. Biarpun saya tidak hidup dekat dengan PLTN, tetapi sekarang saya praktis berada di pihaknya.

Saya bukanlah sendirian di antara aktivis dan pemikir lingkungan kawakan yang telah dan tengah berubah pikiran dalam subyek ini. James Lovelock, bapak dalam teori Gaia dan ilmuwan atmosfir terkemuka, percaya bahwa energi nuklir adalah satu-satunya energi yang menghindari perubahan iklim yang mendatangkan bencana. Steward Brand, pendiri dari The Whole Earth Catalogue dan pemikir ekologi holistik, mengatakan bahwa gerakan lingkungan haruslah merangkum energi nuklir untuk mengurangi ketergantungannya terhadap bahanbakar fosil. Almarhum Bishop Hugh Montefiore, pendiri dan direktur Friends of the Earth Inggris, dipaksa mengundurkan diri sewaktu dia menyajikan sebuah artikel pro-nuklir dalam sebuah lembaran-berita gereja. Pendapat seperti itu telah ditanggapi sebagai semacam inquisition (hukuman karena menyalahi paham ajaran gereja) dari kelompok kepadrian yang anti-nuklir.

Namun terdapat tanda-tanda bahwa sikap itu sedang berubah, bahkan sikap di antara para pelaksana kampanye yang paling getol. Saya menghadiri Pertemuan Iklim Kyoto di Montreal pada bulan Desember 2005, di situ saya berbicara di depan hadirin yang memenuhi ruangan tentang pertanyaan masa depan energi yang berkelanjutan. Saya memberi argumen bahwa satu-satunya jalan untuk mengurangi emisi bahan-bakar fosil dari pembangkitan listrik adalah melalui program yang agresif dalam penggunaan energi terbarukan (listrik hidro, geotermal, pompa-panas dan angin) plus nuklir. Juru bicara Greenpeace adalah orang pertama yang mengambil mikrofon pada saat acara tanya-jawab dan saya mengira akan mendengar kata-kata keras darinya. Tetapi sebaliknya, ia mulai dengan mengatakan bahwa ia menyetujui banyak hal yang saya sampaikan, kecuali tentu saja, potongan ”plus nuklir” itu. Biarpun demikian, saya telah dapat merasakan bahwa pijakan bersama sangatlah mungkin dicapai.

Energi angin dan matahari mempunyai tempat di sini, tetapi karena tidak selalu kontinu dan tidak dapat diprediksi, maka kedua jenis energi itu tentu tidak dapat mengganti pembangkit listrik beban-basis yang besar seperti pembangkit listrik batubara, nuklir dan listrik-hidro. Gas-alam, bahanbakar fosil itu, kini sudah terlalu mahal, dan harganya begitu mudah berubah sehingga sangat berisiko untuk digunakan sebagai pembangkit beban-basis yang besar. Kalau sumber listrik-hidro biasanya dibangun untuk kapasitas besar, maka nuklir, sebagai ganti eliminasi batubara, menjadi satu-satunya substitusi yang dapat diperoleh dalam skala besar, sepadan dalam ongkos (cost effective) dan aman. Begitu sederhana!



Memang, bukan tidak ada tantangan nyata ─ juga bukan tidak ada berbagai mitos ─ yang berkaitan dengan energi nuklir. Masing-masing mitos itu perlu dipertimbangkan:

Mitos 1 : Energi nuklir itu mahal
Fakta : Energi nuklir adalah satu di antara sumber energi yang tidak-mahal. Di tahun 2004, rata-rata ongkos produksi listrik di Amerika Serikat adalah kurang dari dua sen per kilowatt-jam, setingkat dengan ongkos batubara dan listrik-hidro. Kemajuan dalam teknologi akan menurunkan lagi ongkos itu di masa mendatang.

Mitos 2 : PLTN itu tidak aman
Fakta : Kalau dapat dikatakan bahwa kecelakaan Three Mile Island itu suatu kisah sukses, maka kecelakaan di Chernobyl itu tidak dapat dikatakan demikian. Kecelakaan Chernobyl itu sepertinya menunggu akan terjadi. Model awal dari reaktor Uni Soviet tidak menggunakan bejana kontenmen (sungkup, containment vessel), dalam hal desain dikatakan sebagai tidak-aman melekat, sedang operatornya kemudian meledakkannya.

Forum multi-lembaga PBB untuk Chernobyl tahun lalu melaporkan bahwa hanya 56 kematian dapat dikaitkan dengan kecelakaan itu, sebagian besar korban adalah akibat radiasi atau luka-bakar sewaktu memadamkan api. Memang tragis sekali korban kematian itu, namun angka itu sangat kecil jika dibandingkan dengan kecelakaan di tambang batubara sebanyak 5000 jiwa seluruh dunia setiap tahun. Atau jika dibandingkan dengan 1,2 juta jiwa yang meninggal setiap tahun akibat kecelakaan mobil. Tidak seorangpun meninggal dalam sejarah program nuklir untuk sipil di Amerika Serikat. (Disayangkan, bahwa ratusan pekerja tambang uranium meninggal pada tahun-tahun awal industri ini. Hal itu telah sejak lama diperbaiki).

Mitos 3 : Sampah nuklir itu akan berbahaya selama ribuan tahun
Fakta : Dalam 40 tahun, bahanbakar yang telah digunakan hanya akan memancarkan seperseribu radioaktivitas dibandingkan pada waktu bahanbakar itu dikeluarkan dari reaktor. Dan sebenarnya sangatlah tidak benar jika dikatakan itu sebagai sampah (atau limbah), karena 95% potensi energinya masih tersimpan di dalam bahanbakar bekas pada siklus pertama.
Sekarang Amerika Serikat telah mencabut larangan daur-ulang bahanbakar bekas, dengan demikian akan dimungkinkan pemanfaatan energi itu serta akan banyak mengurangi jumlah sampah yang harus diolah atau disimpan. Bulan lalu, Jepang telah bergabung dengan Perancis, Inggris dan Rusia dalam kegiatan daur-ulang bahanbakar nuklir ini.

Mitos 4 : Reaktor nuklir itu rawan terhadap serangan teroris
Fakta : Beton bertulang yang tebalnya satu-setengah meter melindungi isi bangunan kontenmen dari luar maupun dari dalam. Bahkan kalau sebuah jumbo jet menabrak reaktor dan merusak kontenmen, reaktor tidak akan meledak. Ada banyak jenis fasilitas yang lebih rawan termasuk pabrik pencairan gas alam, pabrik kimia dan sejumlah sasaran politik.

Mitos 5 : Bahan-bakar nuklir itu dapat dialihkan untuk membuat senjata nuklir
Fakta : Senjata nuklir sudah tidak lagi harus tak-terpisahkan dengan PLTN. Teknologi centrifuge(teknologi pengkayaan uranium-235) kini memungkinkan suatu negara memperkaya uranium tanpa harus membangun reaktor nuklir. Iran misalnya, tidak memiliki reaktor yang menghasilkan listrik, padahal negara ini telah memiliki kemampuan membuat bom nuklir. Ancaman senjata nuklir Iran sama sekali dapat dibedakan dari pembangkit energi nuklir untuk maksud damai.

Selama dua puluh tahun, satu di antara alat yang paling sederhana ─ parang ─ telah dipakai membunuh jutaan manusia di Afrika, jauh lebih banyak dari pada korban yang meninggal di Hiroshima dan Nagasaki digabungkan. Tetapi toh tidak seorangpun yang mengusulkan melarang parang, karena parang adalah alat yang sangat berharga di negara berkembang.

Satu-satunya pendekatan pada isu penyebaran senjata nuklir adalah menempatkan isu itu pada agenda internasional yang lebih tinggi dan menggunakan diplomasi dan bila perlu kekuatan, untuk menghalangi pemerintahan atau teroris dari pemakaian bahan nuklir untuk tujuan perusakan.
Teknologi baru, seperti misalnya sistem proses-ulang yang akhir-akhir ini diperkenalkan di Jepang (yang tanpa proses pemisahan plutonium dari uranium) akan membuat manufaktur senjata dengan menggunakan bahan nuklir keperluan sipil, menjadi lebih sulit.
Lebih bersih dan lebih hijau

Sebagai bonus (tambahan) dalam mengurangi emisi gas rumah-kaca serta bergeser dari mengandalkan bahanbakar fosil, energi nuklir menawarkan dua manfaat yang ramah-lingkungan sekaligus.

Pertama, listrik nuklir menawarkan jalan yang penting dan praktis ke arah ′ekonomi hidrogen′.Hidrogen sebagai sumber yang menghasilkan listrik menawarkan janji untuk energi yang bersih dan hijau. Berbagai perusahaan mobil melanjutkan pengembangan sel bahanbakar hidrogen dan teknologi ini, dalam waktu yang tidak terlalu jauh di masa depan, akan menjadi produsen sumber energi. Dengan menggunakan kelebihan energi panas dari reaktor nuklir untuk menghasilkan hidrogen, maka dapat diciptakan produksi hidrogen dengan harga terjangkau, efisien, serta bebas dari emisi gas rumah-kaca. Dengan demikian produksi hidrogen ini dapat dikembangkan untuk menciptakan ekonomi energi hijau di masa depan.

Kedua, di seluruh dunia, energi nuklir dapat menjadi solusi terhadap krisis lain yang tengah berkembang: kekurangan air bersih yang harus tersedia bagi konsumsi manusia dan irigasi bagi tanaman dasar (crop). Secara global, proses desalinasi (air-laut) telah dan tengah dipakai guna membuat air bersih. Dengan menggunakan kelebihan panas dari reaktor nuklir, air laut dapat ditawarkan, sehingga permintaan terhadap air bersih yang selalu bertambah akan dapat dipenuhi.
Kombinasi energi nuklir, energi angin, geotermal dan hidro adalah cara yang aman dan ramah-lingkungan dalam memenuhi permintaan energi yang selalu bertambah. Dengan berbagi informasi, jaringan konsumen, pakar lingkungan, akademisi, organisai buruh, kelompok bisnis, pemimpin masyarakat dan pemerintah kini telah disadari manfaat dari energi nuklir.

Energi nuklir adalah jalan terbaik untuk menghasilkan listrik beban-dasar yang aman, bersih, dapat diandalkan, serta akan memainkan peranan kunci dalam pencapaian keamanan (penyediaan) energi global. Dengan perubahan iklim sebagai puncak agenda internasional, kita semua harus mengerjakan bagian kita untuk mendorong renaisans (kebangkitan kembali) energi nuklir.

Patrick Moore adalah seorang pakar ekologi dan lingkungan. Ia memulai kariernya sebagai seorang aktivis dan pendiri Greenpeace, di mana ia menempati jabatan puncak selama 15 tahun. Dr. Moore dahulu mendirikan perusahaan asalnya Greenspirit Enterprises dan sekarang adalah Ketua dan Pakar Utama dari Greenspirit Strategies Ltd, yang berbasis di Vancouver dan Winter Harbour, Canada

batan