Ia memberikan seluruh uangnya untuk naik haji guna memberi makan anak yatim.
Setiap orang yang ingin menunaikan rukun Islam kelima, pastilah ia pergi ke Makkah dan Madinah untuk melakukan rukun-rukun haji.
Namun, ada satu kisah yang menjadi pengecualian. Satu orang ini telah
ditulis oleh malaikat akan ibadah hajinya, padahal ia belum menjejakkan
kakinya di Tanah Haram.
Saat itu seorang tabiin bernama
Abdullah bin Mubarak sedang pergi haji. Tak sengaja, ia tertidur di
Masjidil Haram. Dalam tidurnya, ia bermimpi mendengar dua orang malaikat
yang sedang bercakap-cakap.
“Berapa banyak umat Islam yang berhaji di tahun ini?” tanya sang malaikat kepada malaikat yang satunya. “Enam
ratus ribu orang, tapi tidak ada satu pun yang diterima. Hanya ada satu
orang tukang sepatu bernama Muwaffaq dari Damsyik yang tak bisa
berangkat haji, namun malah diterima. Karena sang tukang sepatu
tersebut, semua yang haji pada tahun ini bisa diterima,” ujar sang malaikat satunya.
Dengan segera Abdullah bangun dari tidurnya. Ia tak percaya dengan apa yang didengar dalam mimpinya tersebut.
Namun, untuk menjawab rasa penasarannya, sepulangnya dari perjalanan
haji, ia datang ke Damsyik dan mencari tukang sepatu tersebut.
Akhirnya
sampailah ia ke Damsyik dan bisa menemukan rumah orang bernama
Muwaffaq. Ia pun yakin mimpinya tadi bukan sembarang mimpi, namun
merupakan sebuah petunjuk dari Allah SWT.
Ia berhasil menemui Muwaffaq. Ia pun masuk ke rumahnya dan dimulailah pembicaraan untuk mencari jawaban atas rasa penasarannya.
Mengapa seseorang yang tidak berangkat haji namun dihitung amal ibadahnya telah naik haji? “Kebaikan apa yang telah Kau lakukan hingga kau bisa tercatat telah berhaji, padahal kau tidak pergi?” tanyanya.
Tukang sepatu pun menjawab. Ia bercerita sebenarnya sudah berniat untuk pergi berhaji. “Melihat
kondisi ekonomiku yang sederhana ini, sangat mustahil untuk
mengumpulkan uang yang dipakai bekal berhaji. Namun, atas pertolongan
Allah, aku tiba-tiba diberikan rezeki sebesar 300 dirham atas jasaku
menambal sepatu seseorang,” kata Muwaffaq mulai bercerita.
Dengan
sejumlah uang tersebut, Muwaffaq berniat untuk pergi haji. Dengan uang
yang didapatnya tersebut, ia merasa dirinya mampu berangkat haji. Hal
ini pun mendapatkan persetujuan istrinya yang sedang hamil.
Sebelum
niat itu terlaksana, suatu hari istri Muwaffaq mencium bau masakan dari
rumah sebelah. Karena sedang hamil, ia merasa sangat menginginkan
masakan yang dipikirnya pasti sangat lezat tersebut.
Muwaffaq
pun pergi ke rumah tetangganya, dengan maksud meminta sedikit makanan
yang baunya tercium oleh istrinya tersebut. Karena alasan istrinya
sedang hamil, Muwaffaq pun yakin tetangganya pasti akan berbaik hati
membagi makanan tersebut.
Saat memasuki rumah tetangganya itu, ia
terkejut ternyata sang tetangga tak mau memberikan masakannya sedikit
pun meski ia mengatakan yang menginginkannya adalah istrinya yang sedang
hamil.
Tetangganya kemudian dengan lembut mengatakan alasan.
“Aku sebenarnya tak mau membuka rahasiaku ini, sebenarnya rumah ini
dihuni olehku dan anak-anak yatim yang telah tiga hari tak makan karena
memang kami tak punya apa pun untuk dimakan,” ujarnya bercerita.
“Kemudian,
aku keluar rumah untuk mencari apa pun yang bisa kami makan, hingga
tiba-tiba saat berada di jalanan, aku menemukan bangkai kuda. Bangkai
itulah yang aku potong kemudian aku bawa pulang dan kumasak hingga
aromanya sampai tercium oleh istrimu,'' ujar tetangganya.
Sang
tetangga menambahkan, ''Maafkan aku, bagi kami masakan bangkai kuda ini
halal karena memang tidak ada pilihan lain, tapi bagimu masakan ini
haram untuk kau makan,” katanya menjelaskan.
Muwaffaq pun
kemudian kembali ke rumah dan menjelaskan hal tersebut kepada istrinya.
Ia kemudian mengambil uang 300 dirham simpanannya untuk diberikan kepada
tetangganya tersebut agar bisa dibelanjakan bagi anak-anak yatim di
sana. “Hajiku ada di pintu rumahku,” ujarnya.
Abdullah bin Mubarak pun tercengang mendengar kisah ini. Ia tak menyangka amal ibadah sang tukang sepatu itu sangat besar.
Selama ini, ia menganggap ia yang kaya raya ini sangat dermawan,
namun ternyata di hadapannya kini duduk orang yang jauh lebih dermawan
dan tulus darinya.
Dalam surah al-Baqarah ayat 220 disebutkan, “Dan mereka bertanya kepadamu mengenai anak-anak yatim. Katakanlah, ‘Memperbaiki keadaan anak-anak yatim itu amat baik bagimu.”
Rasulullah SAW bersabda, “Barang
siapa meletakkan tangannya di atas kepala anak yatim dengan penuh kasih
sayang maka untuk setiap helai rambut yang disentuhnya akan memperoleh
satu pahala dan barang siapa berbuat baik terhadap anak yatim, ia akan
bersamaku di Jannah.”
Rosita Budi Suryaningsih
0 comments:
Posting Komentar