Sebelum terjadinya aksi yang menuntut pembubaran FPI pasca insiden di Bandara Cilik Riwut, Palangkaraya-Kalimantan Tengah yang melakukan pengepungan terhadap empat delegasi oleh massa adat Dayak, tak ada secuil pemberitaan yang meliput aksi anarkis yang selama ini getol di beritakan oleh media nasional
Lalu tiba-tiba FPI kembali menjadi sorotan media nasional dan seperti hendak menelan kembali kegaduhan media sebelumnya terkait huru-hara yang terjadi dalam tubuh Demokrat dan SBY.
FPI jadi buah bibir dan tak sedikit cibiran atasnya. Sebuah ormas yang menonjol karena aksi amar ma’ruf dan nahyi munkarnya menarungi kekuatan yang seharusnya dimiliki oleh aparat kepolisian republik ini.
Tetapi bila melihat massa yang menamakan diri Koalisi Rakyat Indonesia Tanpa FPI yang berslogan “Kami menolak kekerasannya bukan nama FPI-nya,” kata sutradara Hanung Bramantyo yang juga ikut aksi, juga tampak pula Ulil Absar Abdalla, Guntur Romli, Nong Darul Mahmada dari Jaringan Islam Liberal. Lalu, ada Anis Hidayah dari Migrant Care, Nia Dinata, Jajang C Noer dan beberapa komunitas seni, maka mahfumlah bahwa ini adalah sebuah aksi yang hendak membungkam kebebasan berekspresi atas nama demokrasi, humanisme dan pluralisme yang diusung oleh barisan penentang FPI tersebut.
Tak aneh jika aksi menuntut pembubaran FPI tersebut menjadi headline dan perbincangan yang ramai hingga berhari-hari ditelevisi nasional dan media cetak dan online.
Aksi yang menuntut pembubaran FPI dari dulu hingga sekarang bukanlah aksi yang diamini oleh berbagai elemen kemasyarakatan yang ada, melainkan hanya dari kelompok yang itu-itu saja. Yang menggunakan tangan-tangan LSM dan juga menunggangi partai politik, karena dalam barisan tersebut ada orang-orang yang menduduki jabatan di partai politik dilingkaran kekuasaan untuk memuluskan penetrasi ideologi pluralisme yang mereka usung.
Tak ada satupun ormas islam yang mendukung aksi pembubaran FPI, baik itu organisasi seperti NU dan Muhammadiyah. Meskipun ada hal-hal yang dikritisi terhadap cara bertindak yang dilakukan FPI selama ini, tetapi tak ada satu pernyataan pun yang keluar untuk mendukung aksi pembubaran FPI. Semua dilakukan oleh orang-orang yang punya kepentingan terhadap langgengnya hal-hal yang berbau kebebasan tanpa batasan. Lemahnya aparat kepolisian dalam menanganni persoalan pemberantasan penyakit masyarakat jelas dipengaruhi oleh sikap institusi tersebut yang banyak dihuni oknum-oknum yang juga menjadi backing bahkan pemilik tempat-tempat maksiat yang ada. Sehingga celah lemah ini diambil sebagian oleh aksi-aksi dari ormas FPI untuk menunjukkan bahwa masih ada kepedulian dari mereka untuk memerangi kerusakan yang begitu merata hampir diseluruh Indonesia.
Beribu-ribu “wajah” dan “tangan” yang digunakan untuk membubarkan FPI, tetapi hanya satu nafas yang mereka miliki yaitu nafas jaringan islam liberal, tidak lain dan tidak bukan.
BlogDetik
0 comments:
Posting Komentar